” Anakku jadi Presiden “

May 2, 2010 at 9:26 am 25 comments

Semua orang tua pasti akan menginginkan anaknya kelak dapat menjadi orang penting, apakah itu pejabat, pengusaha, seniman, atau apa saja yang penting sukses. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang yang biasa-biasa saja walaupun mungkin dari orang tua yang biasa-biasa juga. Kadang karena obsesi orang tua yang berlebihan menyebabkan perlakuan terhadap anaknya keliru. Orang tua menuntut anak menjadi orang super yang selalu berhasil ketika mengerjakan sesuatu tanpa memperhatikan hak anak. Akibatnya anak dieksploitir. Anakku harus selalu menjadi yang terbaik. Ranking satu di kelas, bahkan kalau perlu di sekolah. Menjadi pelajar teladan. Selalu juara jika mengikuti lomba. Itu adalah sifat orang tua pada umumnya. Menjadikan anak sebagai juara itu sulit. Tetapi lebih sulit lagi menyiapkan anak untuk dapat menerima kekalahan. Padahal Setiap kompetisi selalu ada yang menang dan yang kalah. Belum pernah ada kompetisi yang pesertanya menang semua. Tidak siap untuk kalah inilah yang sekarang tampak pada anak ketika tidak lulus ujian nasional, terlepas dari masalah ujian nasional yang masih kontroversial. Padahal sebetulnya kekalahan hanyalah kemenangan yang tertunda.

Karena ambisi orang tua yang berlebihan tersebut kadang menyebabkan perlakuan yang keras terhadap anak. Anak diforsir untuk mengerjakan hal yang mestinya belum waktunya untuk usia anak tersebut. Dalam mendidik anakpun harus dengan metode yang tepat. Orang tua boleh berharap anaknya dapat meraih cita-cita yang setinggi langit jika mereka sudah mendidik anak dengan benar. Khususnya pada anak usia dini. Anak usia dini dapat diibaratkan fondasi pada sebuah bangunan. Ketika kita mendidik anak usia dini berarti kita sedang membangun fondasi yang kelak di atasnya akan dibangun bangunan yang megah. Apakah fondasi itu nantinya kuat menopang bangunan megah di atasnya, tergantung bagaimana orang tua mmemperlakukan anaknya. Anak seperti kertas putih. Jika diberi warna merah maka merhlah kertas itu. Jangan berharap menjadi hijau kalau kenyataannya kita memberi warna merah. Begitu pentingnya usia dini sehingga para pakar menyebut anak usia 0 – 5 tahun dengan ” GOLDEN AGE ” atau masa keemasan.  Pada usia inilah pertumbuhan sel otak sangat pesat.

Sel otak anak seperti ranting yang selalu tumbuh bercabang-cabang. Setiap cabang akan tumbuh lagi dan seterusnya sehingga jumlahnya milyaran. Sel otak yang tumbuh ini jika tidak mendapatkan rangsangan pada akhirnya akan mati. Oleh karena itu dalam mendidik anak usia dini harus bisa merangsang seluruh sel otak agar jaringan ini tidak mati. Pada usia ini perlu dilakukan proses stimulasi aktif karena anak sudah mampu menerima pendidikan dan keterampilan sebagai dasar pengetahuan dan proses berpikir. Yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak adalah keseimbangan kerja antara otak kanan dan otak kiri. Separuh perkembangan intlektual anak terjadi pada anak dibawah usia 5 tahun. Perkembangan kognitif ini bisa mencapai angka 50 %. Di atas 5 – 8 tahun 30 %, 9 – 17 tahun sebesar 20 %.

Pengaruh lingkungan pada awal pertumbuhan otak akan berdampak sangat lama. Oleh karena itu anak yang mendapat pengharuh lingkungan yang baik fungsi otaknya akan berkembang lebih baik. Kalau sudah begini orang tua boleh mengatakan “anakku kelak akan menjadi Presiden”. Sebagai bahan renungan akan kami kutipkan kalimat :

jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan. ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang & persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
(Dorothy Law Nolte, 1945)

Dirangkum dari berbagai sumber bahan pelatiha PAUD

Entry filed under: Pendidikan Anak Usia Dini. Tags: , , .

Mendidik Anak Usia Dini itu mudah? Cara Gampang dapat Uang

25 Comments Add your own

  • 1. aditric  |  May 2, 2010 at 12:06 pm

    sangat brmanfaat

    Reply
  • 2. aditric  |  May 2, 2010 at 12:10 pm

    menurut saya “biarkan anak berkembang sesuai imanjinasi n daya kreatifnya, ortu yg baik harus selalu support u/ itu.

    Reply
  • 3. skbjepara  |  May 2, 2010 at 12:56 pm

    yang penting tdk memaksakan keinginan ortu ke anak. Jangan memberi beban yg lebih pada anak

    Reply
  • 4. Haris Istanto  |  May 2, 2010 at 1:24 pm

    Posting yang menarik, salam kompak dan semoga sukses.
    Gantungkan cita-citamu setinggi bintang, kalau akhirnya tidak dapat segitu hanya 10 %nyalah atau bahkan 1%nyapun masih lumayan dari pada hanya menggangtungkan cita-cita hanya setinggi pohon cemara dapat 50 %nya hanya segitu. Oke……
    Silahkan kunjungi Blog kami http://www.harisistanto.wordpress.com.

    Reply
  • 5. its  |  May 2, 2010 at 3:17 pm

    setuju sekali, tapi bagaimana dengan penerapannya di pendidikan paud kita apakah itu sudah dilaksanakan dengan baik???coba lihat disekitar kita……

    Reply
  • 6. skbjepara  |  May 2, 2010 at 3:34 pm

    belajar di rumah lebih lama waktunya daripada di sekolah. Harus link and match antara yg di sekolah dg yg di rumah

    Reply
  • 7. cinta  |  May 2, 2010 at 10:57 pm

    Kita memang harus mendukug cita-cita anak meskipun kita kadang juga merasa susah juga untuk mewujudkan cita-cita anak yang sudah digantungkan setinggi langit.

    Reply
  • 8. delia4ever  |  May 2, 2010 at 11:28 pm

    Sangat suka dengan kutipan diatas… 🙂
    terima kasih ya infonya…

    Kelak ketika punya anak.. Mudah2an dapat memberikan yang terbaik

    Reply
    • 9. skbjepara  |  May 2, 2010 at 11:43 pm

      Amin ! kapan2 berkunjung lagi ya !

      Reply
  • 10. achoey  |  May 3, 2010 at 11:20 am

    Rawat dan didik anak sepenuh hati
    Sayangi dengan besar hati
    Maka kelak kan menjadi orang besar

    Reply
  • 11. Bu RAtna  |  May 3, 2010 at 1:18 pm

    Bagus lah untuk dikembangkan

    Reply
  • 12. Zulaihah  |  May 4, 2010 at 12:54 pm

    Sudahkah kita menjadi orang tua seperti yang diharapkan anak kita ?

    Reply
    • 13. skbjepara  |  May 4, 2010 at 1:05 pm

      kita sulit mengukur apakah kita sudah menjadi ortu spt harapan anak, tp yg terpenting beri yg terbaik buat anak. Okelah kalo begitu

      Reply
  • 14. sheilfa  |  May 4, 2010 at 4:17 pm

    Aplikasinya dalam kehidupan se hari2…susah juga ya??????

    Reply
  • 15. skbjepara  |  May 4, 2010 at 8:25 pm

    betul betul betul!

    Reply
  • 16. tin tmas  |  May 4, 2010 at 11:36 pm

    Tapi ingat ya, anak adalah titipan Allah, kita wajib memelihara dengan baik dalam arti sesuai dengan kemampuan kita, penuh kasih sayang, tidak di maki2, tidak di marah2i, anak bukan tempat untuk pelampiasan nafsu amarah orang tua. Dan perlu diingat lagi bahwa kita tidak berhak untuk memiliki mereka, karena se waktu2 Allah akan mengambilnya, oleh karena itu jangan terlalu over protektif, biar berkembang sendiri tapi tetap dikendalikan dan di awasi.

    Reply
  • 17. skbjepara  |  May 5, 2010 at 10:32 am

    itu memang kewajiban ortu. Kewajiban ortu adalah hak anak untuk mendapatkan kebutuhannya untuk berkembang secara maksimal. terima kasih komentarnya

    Reply
  • 18. smg-mus  |  May 8, 2010 at 5:09 pm

    kok presiden sih ? kemungkinannya terlalu kecil, mau jadi pns saja sulit. yang penting kita didik anak kita dengan baik semoga menjadi orang yang berguna, bila jadi pemimpin tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi mikir rakyat juga. kalo belum tahu arah ya diarahkan, kalo sudah tahu arah ya dibimbing supaya betul2 selalu berada dijalan yang benar

    Reply
  • 19. Nate DeLorean & James Sheilling  |  May 9, 2010 at 9:43 pm

    Aku nggak begitu lho,tapi apa salah kalau aku memotifasi anakku untuk menggantungkan cita-citanya setinggi langit ketujuh,meleset-melesetnya kan sampai langit kelima.

    Reply
  • 20. Mamat Troso  |  May 12, 2010 at 11:54 am

    Indahnya orang bijak, manakala cita-cita dengan kekuatan yang dimilikinya seimbang.
    Artinya menjadi orang tua yang bijaksana akan sangat indah dirasakan oleh anak-anaknya. Ia menaruh sesuatu harapan kepada anak-anak pada saat yang sama orang tua mengetahui potensi dan kelemahan yang dimiliki anaknya. Dengan diketahuinya potensi kekuatan dan kelemahan serta berbagai gangguan maka akan dapat dipilih strategi yang tepat.
    Kita jarang yang mencoba menjadi bagian dari kesulitan anak, atau keberhasilan anak. Kita jarang menjadi bagian dari posisi potensi yang dimiliki anak. Dengan kita menjadi bagian dari apa yang dimiliki anak (sebagai bentuk BP: istilah guru) maka anak akan semangat, berterima kasih dan tentu tidak akan menghianati kebaikan kita dengan belajar seenaknya… leda-lede seperti tak punya cita-cita dan harapan.
    puisi diatas hampir sering kita dengar ketika mengikuti penataran, diklat pengembangan potensi.
    Kadang-kadang anak perlu kita ajak berdiskusi dengan melihat “Mario Show” biar lebih luas waswasan.

    Reply
  • 21. rainbroccoli  |  May 16, 2010 at 12:18 pm

    Menurut saya, anak bukan milik kita, dia adalah milik dirinya sendiri..
    Jadi sifatnya saya cuma menggali dan mengarahkan segala potensi yang dipunyai anak agar berkembang optimal dengan sarana yang ada..
    itu aja…
    Dan tidak ketinggalan…doa seorang Ibu… 🙂

    Tulisan yang bagus Pak…
    Sukses ya…

    Reply
  • 22. skbjepara  |  May 16, 2010 at 1:19 pm

    thanks kunjungannya

    Reply
  • 23. Rio  |  May 21, 2010 at 2:08 am

    Luar biasa. Tulisan sangat bagus pak. Membuat saya belajar dan termotivasi.Tks

    Reply
  • 24. skbjepara  |  May 21, 2010 at 9:32 am

    terimakasih juga kunjungan baliknya

    Reply
  • 25. James Rheza Fadly Surya Siregar (李辉吴)  |  April 13, 2013 at 7:31 pm

    Tulisan yang sangat bagus dan bermanfaat sekali. Kalau saya sih merasa orang tua itu tidak pantas mengekang anaknya, biarkanlah anak berkembang dengan kreativitas dan imajinasi + pikirannya sendiri dan melakukan apapun selama anak itu suka dan mencintainya. Sebagai orang tua, kita perlu jadi orang tua yang bijaksana dan selalu mendukung dan mengawasi perkembangan anak. Percayalah dengan saya dan beberapa psikolog anak yang lain, anak yang dididik dengan cinta dan kasih sayang akan 10 kali lebih sukses dan jadi orang besar ketimbang anak yang dididik dengan kekerasan, contohnya LEE Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura anaknya pendiri Singapura, LEE Kuan Yew.

    Reply

Leave a reply to smg-mus Cancel reply

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


HUBUNGI KAMI

Sanggar Kegiatan Belajar Kab. Jepara Mindahan Kec. Batealit Kab. Jepara Prop. Jateng
Telepon : 0291 3307634
E-mail : skb_jepara@yahoo.co.id
Website : skbjepara.com
Glitter Photos
Glitter Words

kalender

May 2010
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31  

tamu

  • 38,154 orang

waktu

tanggal